Karunia Allah kepada manusia tidak akan pernah salah. Sifat-Nya Yang Maha Tahu dan Maha Adil, menyatu dalam kehendak dan perbuatan-Nya, yang tidak bisa disanggah apalagi ditolak. Tapi manusia yang kecerdasannya terbatas, terkadang tidak mampu memahami itu, atau terkadang pula karena mata hatinya yang tertutup, lalu tak mampu memandang hakikat sebuah kebenaran.
Ada sikap iri hati atas bahagia orang dan itu seperti perilaku yang tak mudah untuk dimengerti. Bahagia seseorang adalah kesenangan dirinya, sedang orang lain yang melihatnya seringkali iri hati, bahkan menderita depresi. Ada semacam ketidakrelan pada bahagia yang didapat saudaranya.
Mengapa harus iri hati? Melihat bahagia orang seringkali menciptakan gelisah yang sama sekali tidak bermanfaat, tetapi bisa juga memberikan dorongan untuk selalu melakukan yang terbaik (rasa iri yang sifatnya positif).
Ada beberapa hal negatif yang diakibatkan oleh rasa ini, diantaranya :
1. Hanya menggadaikan kebahagiaan
Mata yang hanya tertuju pada bahagia milik orang lain, hanya akan menciptakan gelisah dan resah dalam hidup, dapat menyebabkan penyakit yang dapat menghancurkan jiwa dan raga. Dengan rasa iri hati ini tidak ada perasaan tenang dan nyaman, bahkan pribadi yang seperti itu adalah musuh yang memakai pakaian "teman", ia bersama kita, tetapi di hatinya ada permusuhan, wajahnya mungkin tersenyum melihat bahagia kita, tetapi batinnya tersiksa oleh sesuatu yang tidak dimilikinya. Sifat iri hati ini menumbuhkan penyesalan, penderitaan, kegelisahan yang pada akhirnya menuju kepada kehancuran.
2. Kebaikan yang tersia-sia
Iri adalah penyakit yang sangat buruk, karena dampaknya bisa menghanguskan pahala kebaikan dan kebajikan yang pernah kita lakukan. Ia juga akan menyeret kita terus-menerus karena perasaan itu akan selalu dipenuhi dendam sampai ajal menjemput, atau sampai nasib baik orang lain telah terlepas darinya.
Sabda Rasulullah SAW :
"Jauhilah oleh kalian sifat iri, karena iri itu melalap amal kebaikan seperti api melalap kayu bakar."
Ibnu Wazir menulis dalam kitabnya Al Awashim wal Qawaslim :
"Sungguh berharap kasih sayang Allah untuk membukakan pintu-pintu optimisme bagi salah seorang hamba-Nya, membuat dia lebih khusyuk dalam beribadah dan mengilhaminya untuk lebih antusias melaksanakan ibadah-ibadah sunnah, dan mendorongnya melakukan perbuatan-perbuatan baik."
3. Pada akhirnya berburuk sangka kepada Allah
Rasa iri atas bahagia orang = sebentuk penolakan terhadap keadaan yang kita alami = telah menolak keputusan-Nya dan buruk sangka kepada-Nya. Hal ini sangat berbahaya, karena kita bisa terjatuh pada jurang kekafiran. Oleh karena itu wajib bagi seorang mukmin tunduk pada keputusan Allah dan ridho dengan itu, karena hal tersebut termasuk pilar iman, yang agama tidak sempurna tanpanya.
4. Takdir itu bukan kepasrahan
Allah memang telah menentukan takdir kita. Tetapi kita tidak pernah tahu tentang bagimana wujud takdir itu sebelum masa berlalu. Oleh karena itu, sepanjang waktu masih berjalan, sepanjang itu pula kita harus terus bekerja dan bekerja, karena waktu yang tersedia untuk berubah masih terbentang luas, yakinlah bahwa yang kita lakukan pasti akan membawa perubahan.
5. Belajar tentang bekerja dan prestasi
Belajar dari pengalaman dan perjalanan hidup orang lain adalah anjuran dalam agama islam. Ia bisa menginspirasi/memotivasi kita untuk menciptakan karya yang lebih baik dari yang telah kita capai sekarang. Karena itu, jadikan bahagia orang sebagai penyemangat, bukan rasa iri yang membinasakan.
0 komentar:
Posting Komentar