CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 05 Maret 2013

Mema'afkan itu Menyehatkan dan Membahagiakan

Dalam bergaul dengan orang lain terkadang timbul persinggungn perasaan yang menyebabkan amarah.
Membawa beban amarah dan kesedihan tentu tak mudah buat jiwa dan kesehatan seseorang. Perlu upaya untuk melepaskannya dan itu tergantung pada kemauan dan kerja keras seseorang untuk melepaskan beban itu, yaitu dengan mema’afkan setulus hati melalui pikiran, perkataan, dan perbuatan.

Rasa sakit hati dan kemarahan selain mempengaruhi kesehatan batin juga mempengaruhi jasmani seseorang. Penelitian membuktikan bahwa dengan mema’afkan, gangguan jasmani akibat penderitaan itu bisa dikurangi. Penyakit-penyakit jasmani akibat memendam amarah antara lain:
§  Naiknya tekanan darah,
§  Detak jantung meningkat,
§  Tegangan otot dahi meningkat,
§  Respon negatif dari kulit

Dengan mema’afkan maka tubuh menjadi lebih rileks, aliran darah lebih lancer karena jantung bekerja normal tanpa gangguan.

Langkah-langkah mema’afkan :
1.       Hadapilah kemarahan, sakit hati dan rasa malu. Misalnya dengan menulis kejadian yang telah membuat kita sakit hati dengan sejelas dan sepadat mungkin. Adakah rasa sakit fisik yang menyertai?
2.       Jalankan proses mema’afkan
Buang jauh-jauh keinginan untuk balas dendam. Yakinlah bahwa semua ini untuk diri kita sendiri.
3.       Ma’afkanlah
Cari cara untuk memikirkan tentang orang yang berbuat salah pada diri kita pahami lingkungan kehidupannya dan bagaimana mereka tumbuh. Apakah masa lalu orang tersebut penuh dengan kemarahan/kesedihan. Berusahalah berempati kepadanya.
4.   Sembuhkanlah diri kita. sekali saja kita membiarkan rasa sakit hati dan kemarahan pergi, maka kita akan merasa lega dan bebas. Penting untuk dipahami bahwa mema'afkan bisa berarti berdamai dengan orang yang telah berbuat salah pada kita, bisa jadi jiga kita tak pernah berdamai dengannya. Namun kebaikan hati dan belas kasih kita terhadap diri sendiri dan orang lain akan meningkat dan kita akan merasakan rasa kemanusiaan yang mendalam.

       Motivasi mema'afkan ini tentu akan lebih kuat, karena Allah SWT dalam berbagai ayat di Al-Qur'an memberi keutamaan pada orang-orang berjiwa pemaaf pun contoh-contoh Rasulullah yang mampu mema'afkan sekeji apapun perlakuan yang diterimanya.

       Menciptakan hubungan yang baru harus dilakukan bila kita ingin mema'afkan orang lain dan diri sendiri. Bila kita tak bisa juga mema'afkan diri sendiri itu berarti kita tidak realistis, membiarkan diri untuk terus hidup dalam penderitaan.

       Ingatlah selalu kebaikan orang lain kepada kita, tetapi lupakanlah keburukan yang ia lakukan kepada kita.



0 komentar:

Posting Komentar