Orang bijak berkata,
“ Apabila seseorang telah menjadikan rasa malu sebagai
busana, maka aibnya niscaya tidak akan terlihat.”
Shaleh Abdul Quddus bersyair,
“ Apabila air muka
sudah berkurang
Maka berkurang jualah
rasa malu di hatinya
Di saat air muka mulai
berkurang
Niscaya tidak akan ada
kebaikan yang bisa diharapkan darinya
Simpanlah rasa malu
yang ada di hatimu
Karena tanda-tanda
orang mulia adalah rasa malu pada dirinya.”
Apabila
rasa malu telah hilang dari hati seseorang, maka dia akan cenderung
menjerumuskan dirinya ke dalam jurang kenistaan dan kebinasaan.
Seorang penyair berdendang,
“Apabila engkau tidak
merasa khawatir dengan akibat yang akan ditimbulkan oleh gulitanya malam
Dan engkau juga tidak
merasa malu, maka silahkan berbuat sekehendakmu
Demi Allah, kehidupan
ini tidak akan mengandung kebaikan
Dan dunia ini juga
akan segera sirna
Di saat rasa malu
telah menghilang
Seseorang bisa hidup
dengan tenteram apabila ia masih mempunyai rasa malu.”
Ada tiga macam rasa malu
yang harus dimiliki oleh manusia yang semuanya harus diaplikasikan secara utuh
dan benar.
a.
Malu kepada Allah,
Adalah dengan melaksanakan semua
perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.
Rasulullah SAW bersabda,
“Rasa
malu dan iman adalah dua tanduk yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain,
karena apabila salah satunya dilepas, maka yang lainnya juga akan ikut lepas.” (HR.
Thabrani.)
b.
Malu kepada sesama,
Diriwayatkan bahwa pada suatu hari ketika
Hudzaifah bin Yaman pergi shalat jum’at ternyata shalat jum’at sudah bubar,
orang-orang sudah pulang semua. Khudzaifah langsung menyingkir dari jalan yang
akan dilewati orang-orang yang kembali dari shalat jum’at. Dia berkata, “Orang
yang tidak mempunyai rasa malu tidak akan mempunyai kebaikan.”
Seorang
penyair berdendang,
“Apabila engkau tidak hendak menjaga
kehormatan dirimu
Dan engkau sudah tidak lagi takut kepada
Al-Khalik
Dan rasa malu kepada sesamapun
sudah mulai lenyap pada dirimu
Maka silahkan engkau berbuat
sekehendakmu.”
c.
Malu pada diri sendiri,
Dengan berlaku hati-hati dan menjauhi semua
perbuatan yang dilarang oleh agama walaupun jauh dari pandangan orang lain.
Contoh :
Pada
saat mengerjakan ulangan, meskipun mungkin ada kesempatan untuk menyontek
jawaban dari buku karena sedang tidak ada guru yang mengawasi. Hal tersebut
janganlah dilakukan karena meskipun guru tidak tau bahwa kita menyontek tetapi
Allah melihat perbuatan kita, dan seharusnya kita memiliki sifat malu bila
akhirnya kita bisa mendapatkan nilai yang baik akibat hasil menyontek, bukan
hasil belajar.
0 komentar:
Posting Komentar